6 Songs to Know BASBOI

Get to know the songs that define Basboi

Jody Muhammad Ezananda
Kultur Ekstensif

--

Baskara Rizqullah, atau biasa dipanggil BASBOI, adalah rapper Jakarta asal Medan yang belakangan sangat aktif tidak hanya dalam musik, namun juga dalam dunia fashion dan penyiaran. Pada tanggal (18/02) kemarin Basboi baru saja merilis versi akustik album debutnya Adulting For Dummies yang sangat well-received di kalangan penikmat musik Indonesia.

Sembari merayakan album tersebut, Basboi berbagi kisah kepada Kultur Ekstensif tentang 6 lagu yang mendefinisikan dirinya.

Basboi mengaku terpapar pada musik dari keluarga, terutama Ibunya yang dulu pernah menjadi seorang penyiar radio. Dari situ ia banyak mengenal musik-musik dari Peterpan, lalu Ada Band, hingga nama-nama luar seperti Sade, Kenny G, dan Elton John. Lewat jalur Bapaknya ia juga menjadi pengagum Phil Collins.

Hingga akhirnya di bangku SD Basboi mulai men-discover musiknya sendiri. Di kelas 4, 5, 6, sekitar 2008–2009, ia turut mengikuti arus gelombang musik emo dari luar yang didominasi My Chemical Romance kala itu. Sedangkan di waktu yang bersamaan, musik yang sedang ramai bergumuruh di Medan adalah hip-hop. Basboi justru pertama kali mendengarkan musik hip-hop gara-gara local acts di Medan saat itu. “Tahun segitu anak SD di Medan pada pengen jadi rapper,” ujar Basboi.

“Waktu kuliah di Bandung pengen bermusik, sebenernya awalnya tuh pengen ngeband, tapi karena sulit nemu personil yang cocok yaudah akhirnya memutuskan untuk ngerap aja kali ya, lebih gampang gitu sendirian, sampai akhirnya bikin lah single pertama aku “Nightdrive” itu di tahun 2015.”

Simak pilihan Baskara dalam 6 Songs to Know Basboi berikut ini:

1. Steven & Coconut Treez: “Kembali”

Lagu ini udah lama didengerin dari jaman sekolah. Dulu suka dengerin ya hanya karena pure lagunya santai nada nya enak. Terus waktu mulai kuliah, mulai bermusik, akhirnya sensasi mendengarkan lagu ini jadi berbeda.

2. Red Hot Chili Peppers: “Scar Tissue”

Aku sendiri memulai karir ngerap out of the blue, ga dari komunitas, atau istilahnya aku nggak ngejalanin pendidikan formal. Uniknya lagu pertama yang mengajarkan aku untuk ngerap itu bukan lagu hip-hop tapi “Scar Tissue”-nya Red Hot Chili Peppers. Kalau didengerin vokal di lagu ini cukup ritmis dan cepat kayak ngerap. Lagu ini juga lagunya RHCP yang nggak terlalu teknikal, mereka nggak terlalu banyak nunjukkin skill mereka di sini nggak seperti di lagu “Give It Away” misalnya, tapi lagunya cukup melodik, aku suka.

Mungkin bisa dibilang unsur utama yang paling bikin aku suka sebuah lagu itu ketika musiknya melodik. Aku suka apa-apa yang melodik, dan sebenernya aku pun kalau ngerap flowku cenderung melodik, nggak yang terlalu ritmis, atau monoton kayak beberapa rapper (karena memang style mereka.)

Sebenernya dulu sebelum ngerap niat awalnya tuh aku pengen ngeband — sebelumnya emang sempet ngeband band punk dan juga hardcore, terinfluence oleh NOFX, H2O gitu — tapi setelah pindah Bandung, pengen ngeband, nyari temen yang cocok kok susah, jadi yaudah lah ngerap aja sendirian ga pusing cari personnel.

3. Akon: “Lonely”

Aku terkesima dengan baby pitch di hook lagu ini, di tahun segitu kayaknya revolusioner banget. Di era itu banyak musisi yang pake pitch ala baby pitch tapi jatuhnya jadi terkesan murah atau malah kayak dibuat lucu-lucuan. Tapi enggak di lagu “Lonely” milik Akon ini. Hook tersebut malah ngangkat emosinya dan membuat lagunya bener bener jadi “Akon” meskipun dengan filter baby pitch tadi, jatuhnya nggak norak, apalagi dengan lirikan dan melodi yang masuk banget.

Terinspirasi oleh Akon di lagu ini, aku juga coba nerapin formula baby pitch di salah satu laguku “Gem In I.”

4. Jason Mraz: “Who’s Thinking About You Now?”

Jason Mraz di lagu ini kalau dilihat dari segi liriknya dalem banget. Lagu ini adalah lagu cinta tapi nggak cuma sekedar “aku sayang kamu, kamu gak sayang aku, bla bla bla” itu… Jason Mraz mengeksplorasi tema percintaan bermula dari sebuah pertanyaan , lalu ia jabarkan, dan dilanjut dengan evaluasi diri serta hubungan tersebut, dalem banget lah pokoknya.

Lagu ini memiliki lirik yang dalem banget untuk lagu pop, tapi balik lagi karena ini lagu pop, dia sangat accessible jadi nggak orang nyampe doang yang bisa memahami. Aku sendiri juga mencoba mengeksplorasi tema percintaan lebih jauh di beberapa laguku seperti “Gem In I” dan “Come Over (I’m In Tresno).”

5. Mac Miller: “Keep Floatin’” (feat. Wiz Khalifa)

Dari tadi belum ada pilihan hip-hopnya ya?

“Keep Floatin’” ini adalah lagu pertama yang bikin aku bener-bener kecantol sama hip-hop. Aku suka banget Mac Miller, dia yang bikin aku akhirnya bisa relate sama hip-hop. Kebanyakan rapper kulit hitam itu membahas tema gangster hood, yang temennya mati ditembak lah atau kekerasan lainnya, sedangkan Mac Miller dia ngerap tentang dia bolos sekolah, atau cewek, dan semacamnya. Dan lagi-lagi lagunya sangat melodic.

Kadang aku sering bingung gitu loh dengan elitisme dalam komunitas hip-hop, yang kadang ngerasa paling OG, paling “hood.” Padahal kita bukan orang New York, orang kita bukan orang kulit hitam. Hip-hop itu bukan asli kebudayaan kita, kita itu hanya meminjam, dan tugas orang yang meminjam adalah menjaga, bukan ngeklaim mana yang paling OG.

6. Have Heart: “Watch Me Rise”

“Watch Me Rise” adalah lagu tentang rasa bangga dan sikap untuk berdiri sendiri, dan tema seperti ini aku terapkan di laguku “Make Me Proud.”

Bapakku sempat berkomentar kalau albumku ini liriknya egois, banyak membahas tentang “aku.” Di satu sisi itu benar, tapi kenapa aku tetap menulis lirik tentang “aku,” ya karena aku berusaha jujur dalam musikku dan menurutku masyarakat akan tetap mau dengar dan bisa relate dengan hal tersebut, karena pada dasarnya orang seperti aku, seniman, pun bagian dari masyarakat. Aku selalu menempatkan diriku sebagai bagian dari masyarakat, tidak di atas tapi juga tidak lebih rendah — terkadang ada musisi yang menempatkan diri mereka seperti itu.

Musik hardcore banyak mengajarkan aku tentang hal-hal seperti ini. Mungkin nggak seperti temen aku Kareem (BAP.) yang menyajikan musik hardcore secara gamblang ke dalam beat-beatnya, kalau aku lebih ke spirit dan attitude hardcore yang masih tertanam di dalam diri, tentang bersikap idealis, dan menjaga otentisitas diri itu tadi, meskipun aku menyampaikannya dengan musik rap atau pop.

Follow Kultur Ekstensif on:
Instagram | Spotify

--

--