Love Letter
(not) a subliminal message
○○ — — — — — — — — — — — — — ❤❤❤ — — — — — — — — — — — — — ○○
Merupakan sebuah kewajaran, yakni mengungkapkan rasa cinta dalam untaian aksara. Ketika lidah tak beranikan diri untuk mengucap kata, gugusan tinta di atas hasil olahan selulosa pohon papyrus bisa menjadi media terampuh guna menyalurkan hasrat di dalam jiwa. Kami namakan aktifitas ini sebagai: menulis narasi.
Adalah narasi berikut ini, yang kami buat di tanggal 14 Februari 2019, bukan dalam perayaan valentine namun kebuntuan rupanya ditakdirkan untuk menginvasi lubuk kepala kami pada hari yang dingin di Kota Pahlawan tersebut, berharap untuk menciptakan artefak di masa yang akan datang.
Sebelum membacanya, kami menyarankan anda untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dalam variasi apapun (dan kondisi apapun!) dengan tujuan untuk meningkatkan konsentrasi, agar anda dapat menyelami kedangkalan tulisan ini dalam kondisi waras dan tidak membuat diri serta sekeliling anda cemas. Terlepas dari itu semua, jagalah diri anda dan jangan sekali-sekali mencoba yang namanya narkoba kalau anda tidak ingin jatuh ke dalam kubangan was-was yang hampir tak berujung. Tidak kah cukup bagi kita mengambil pelajaran berharga dari putra Mama Anna?
Akhir kata, selamat menikmati:
Berikut adalah transkip (tidak seberapa) lengkap-nya bagi yang kesulitan untuk membaca tulisan kami. Silahkan dinikmati:
WA - 109,
14 • Feb • ‘19.
Ramadhian Ekaputra. Adalah nama teman saya yang kebetulan kami dipertemukan di kelas yang sama di Jurusan — Departemen — Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Biasa saya panggil dengan sebutan Ramzy because:just because, beliau orangnya agak gini dan agak gitu, kadang begini dan kadang begitu, mungkin karena ia begini makanya dia begitu. Kalau sudah begini, kadang-kadang dia jadi agak gimana gitu, makanya dia masuk Bayucaraka, karena kalau keluar berarti dia harus nutup pintu. Ngomong-ngomong tentang pintu, Ramzy juga tergabung di MSBT alias Marine Solar Boat Team jadi kadep sok-sok-an, Gimana nggak sok-sok-an, orang dia jago, rajin, disiplin, mengayomi staff-nya yang berjibun dengan wibawa dan penuh kemantapan. Trus sok-sok-an-nya di mana? Ya nggak ada, itu tadi kadung nulis ga pake mikir trus bingung mau ngelanjutinnya gimana, kalo saya terusin trus bohong kan ga bener. Balik ke Ramzy. Ramzy adalah teman saya yang sangat gemar membeli mouse pad tebal (baca: Buku). Cuma bacaannya banyak yang ga mutu, contohnya sekarang di sebelah dia ada bukunya Dan Brown, manfaat apa coba yang bisa diambil dari baca bukunya Dan Brown, enakan juga makan Brownies Nextar 5000 Rp dapat 2 bungkus beli di Pak Sogem. Dahulu Ramzy punya obsesy dengan Nazy. Kalo kata Harits dulu di kamar Ramzy waktu masih mondok ada stiker Nazy-nya, jujur saya agak khawatir sih tapi saya lebih khawatir sama Fery. Fery adalah teman kamy, panggilannya Fery, stage-namenya Fery Wow, panggilan alam ketiga-nya Fery Bintaro. Besar di Bintaro, tapi saya ga tau apa dia suka minum espresso atau ga, karena kalo Ramzy sih sering ngopi bareng ogut tapi ya kita mah apa, bisanya minum es kopi susu doang, ga kaya Agung yang sukanya pesen cold brew, manual brew, biji jepang, biji somalia. Padahal rasa semua kopi itu sama! Kalo ga kecut ya pahit, Udah! Saya sebenernya khawatir kalo orang-orang kayak Agung itu hanyalah korban-korban mafia kopi gelombang ketiga, tapi gue lebih khawatir sama Fery!!!!
Sincerely,
-@jodykerenbgt
Word Streak:
- Indie : 0
- Kopi : 3
- Senja : 0
NB: Terimakasih berat kami haturkan kepada ananda Muhammad Agung Wicaksono yang telah berbaik hati meminjamkan laptopnya dan ananda Weldayana Bimata yang telah menemani kami menyeruput es kopi susu di Timoer Kopi selama proses penulisan story ini berlangsung.